*Pengalaman Pertama di Pesantren*
Saat pertama kali masuk pesantren, ada perasaan sedih. Lantaran sadar saya akan berpisah dengan orang tua.
Setelah nyabis ke kiai, saya pergi ke kamar pondok. Di kamar baru, semula ada rasa senang mendapati kamar yang bagus.
Sambil dibantu kakak, ku rapikan barang-barang bawaan dan baju.
Lalu tibalah saat hendak berpisah dengan orang tua.
“Nak”, terdengar suara ayah, “jangan nangis. Jangan pernah berkata jorok ke orang lain dan patuhi gurumu, muliakanlah gurumu, tunduklah kalau ada gurumu”.
“Jangan menangis nanti hatinya jadi batu loh”.
Saat itu, aku paham bahwa orang tuaku sayang kepadaku.
“Ingatlah dengan ayahmu yang selalu begadang untuk cari nafkah dan ibumu yang tiada letih dan tidak ada kata lelah merawatmu, selalulah berdoa kepada tuhan yang maha esa agar ortumu mendapatkan rezeki yang lancar”.
Tiba-tiba aku menangis. Nasehat nenekku begitu menyentuh hati. Masih basah mataku saat kulihat wajah ibuku yang penuh kasih sayang.
Aku merasa waktu begitu cepat berlalu. Tiga hari berlalu, aku bertengkar dengan teman sekamarku. Aku menangis di musholla. Kupanggil kakak lelakiku, Arif. Aku menangis kepadanya.
Dengan penuh kasih sayang, kakak menasehatiku. Lewat suaranya yang terdengar penuh kedewasaan dan bijaksana, ku dengar nasehatnya.
“Amil, begitulah di pesantren. Kamu akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda-beda. Ada yang baik, ada juga yang jahat. Dulu kakak juga dimusuhi teman-teman. Rasanya kakak ingin kabur saat itu. Tapi kakak segera teringat orang tua yang sudah membiayai. Sudahlah, jangan menangis nanti cantiknya hilangloh”.
Sudah 17 hari aku di sini. Perlahan terasa juga hal-hal yang menyenangkan. Aku bisa bercanda tawa dengan teman-teman. Memang aku tak bisa menepis kerinduan pada rumah. Tapi aku mulai bisa nyaman di pesantren.
Kesedihan di masa-masa awal perlawah hilang berganti dengan hal-hal menyenangkan. Walau pun ya, ada saja masalah seperti dimusuhi kakak kelas. Soal ini, aku tak mengadu ke orang tua. Tempat mengaduku hanya Allah.
Aku menangis saat-saat membaca al-Qur’an, pada saat tahajjut di sepertiga malam yang sepi. Saat-saat itu, kadang aku pun terlelap di atas hamparan sajadah. Dalam lelap itu, serasa ada pelukan hangat dan penuh kasih sayang yang memberiku ketenangan.
Itulah sepenggal pengalaman yang ku ingat saat di pesantren. Terima kasih sudah membaca.
ASSALAMULAIKUM YA AKHI YA UKTI
Biodata Penulis
Nama : Nurul Jamilatul Jannah (Amil)
Kelas : 7 (Tujuh)
Tetala : Pamekasan, 17 juni 2010
Alamat : Sana Tengah
Asal sekolah : SDN Sana Tengah 1