MTs. Al-Falah Kelas CI+BI Terpadu
Suatu Gagasan yang Realistis
Oleh: Moh. Sadin
Anggaran untuk pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah 20% dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran yang cukup besar ini dimaksudkan untuk membenahi persoalan-persoalan pendidikan yang selama ini kurang diperhatikan. Implementasinya yang dapat dirasakana adalah dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), tunjangan fungsional bagi guru, sertifikasi guru, dan lain-lain. Tujuannya pastilah untuk semakin meningkatkan mutu kualitas pendidikan anak bangsa.
Niat baik pemerintah ini tentu perlu andil dari masyarakat sebagai pemilik dan pelaku pendidikan sesungguhnya. Lirik yang dilantunkan oleh pemerintah ini terasa sumbang apabila tidak ada dukungan dari setiap elemen bangsa, mengingat tanggung jawab pendidikan ini adalah tanggug jawab kita bersama.
Signal ini ternyata mampu ditangkap dengan baik oleh kepala MTs. Al-Falah. Ibarat gayung bersambut, KH. Zubairi mempunyai gagasan baru yang luar biasa, menghentak elemen pendidikan khususnya di kalangan lokal Al-Falah Dempo Barat. Ide besar beliau yang mencoba mengusung perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik disodorkan ke permukaan dengan format “MTs. Al-Falah Kelas CI+BI Terpadu”.
Langkah ini serasa linear dengan genderang yang ditabuh oleh pemerintah yang menginginkan perubahan signifikan dalam persoalan pendidikan. Dengan segala daya dan upaya, nampaknya setiap pelaku pendidikan di Al-Falah sudah memulai merapatkan barisan untuk bersatu padu mengusung cita-cita luhur pendidikan ini. Tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk meraih puncak keberhasilan, tapi dengan semangat dan kerja keras yakinlah bahwa semuanya bisa tercapai.
Sejarah mewartakan kepada kita bahwa dengan modal semangat dan kerja keras banyak hal bisa dicapai, bahkan sesuatu yang dirasa tidak mungkin bisa diperlihatkan kepada dunia bahwa itu bisa menjadi mungkin. Graham Bell menjawab pesimistis pemikiran publik yang berasumsi bahwa ide dan penelitiannya terkesan berlebihan karena ia ingin agar orang-orang bisa berkomonikasi jarak jauh, satu hal yang sepintas tidak mungkin. Tetapi ide besarnya itu bisa direalitakan kepada dunia, semangat dan kerja kerasnya membungkam pesimistis pemikiran publik. Bahkan saat inipun kita menikmati hasil karyanya itu. Kita bisa berkomunikasi jarak jauh dengan menggunakan telepon, karya luar biasa yang pada awal mulanya dikira suatu gagasan yang tidak mungkin bisa direalisasikan. Fenomena ini berlaku untuk semua hal, termasuk dalam konteks pendidikan.
Fase-fase kemajuan dalam pendidikan selalu mengalami peningkatan, namun bedanya ada yang mengalami peningkatan secara evolusi dan ada peningkatan yang bersifat revolusi. Bahkan ironisnya lagi ada yang statis dan lebih parah apabila suatu pendidikan berjalan mundur. Untuk mengalami percepatan peningkatan mutu pendidikan tentu saja pengelola pendidikan harus cerdik membaca situasi dan peluang kedepan serta diperlukan keberanian mengambil langkah guna menopang revolusi pendidikan tersebut. Dan upaya inilah yang saat ini sedang dirintis di lembaga pendidikan Al-Falah, utamanya Madrasah Tsanawiyah dengan pola kelas CI+BI Terpadu.
Perlu juga disadari bahwa animo masyarakat saat ini yang sudah mulai memandang sekolah dari sisi kualitas dan out put yang dihasilkan, maka Al-Falah tidak boleh tidak untuk membenahi diri kalau tidak ingin lambat laun ditinggalkan peminatnya. Setiap lembaga pendidikan sedang berlomba untuk menawarkan konsep dan kualitas pendidikannya. Ini merupakan kompetisi pendidikan yang bagus selama masih mengacu pada persaingan yang sehat dan dinamis serta bertumpu pada tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Di sisi lain, lembaga pendidikan Al-Falah yang berada di kawasan pantura kabupaten Pamekasan harus mampu melihat momentum. Pasca dibangunnya jembatan Surabaya Madura (jembatan Suramadu), maka jalur pantura pasti akan semakin diperhatikan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Efeknya akan ada banyak tantangan dan peluang yang terjadi. Salah satu diantaranya yaitu pembangunan pelabuhan nasional di derah Genteng kecamatan Pasean kabupaten Pamekasan. Momentum ini perlu dipersiapkan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempuni kalau tidak ingin kita sebagai pribumi nantinya akan berprofesi sebagai pesuruh/bawahan karena tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Realita kota Batam yang menjadi kota industri ternyata kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat primbumi karena mereka tidak mempunyai kemampuan mengelola industri dengan baik, dan yang terjadi adalah mereka hanya mampu bekerja sebagai buruh bangunan, pabrik, satpam dan yang sejenisnya. Sementara sari patinya dinikmati orang luar yang secara kemampuan (diakui atau tidak) merekalah yang memilikinya.
Tentunya kita semua tidak ingin kasus Batam terjadi di daerah Madura, khususnya di Pamekasan ini. Oleh karena itu sangat penting buat kita untuk mempersiapkan kader-kader muda generasi penerus bangsa ini agar mempunyai kualitas pendidikan yang mempuni supaya kita tidak menjadi budak di negeri sendiri. Persiapan ini perlu dilakukan sejak dini mengingat kematangan kemampuan tidak serta merta diperoleh secara instan. Inilah barangkali yang juga diintip oleh lembaga Al-Falah sehingga memandang perlu untuk antisipasi dini dan upaya berkesinambungan guna mencetak generasi baru yang siap memasuki multi tantangan ke depan.
Lantas bagimana dengan segala kesiapan lembaga untuk melakukan upaya ini. Perlu disadari bahwa sulit untuk memulai sesuatu apabila menunggu semuanya siap dan matang. Jadi, yang terpenting saat ini adalah melakukan apa yang bisa dilakukan, adapun segala kekurangan dan kelemahan bisa untuk dibenahi sambil berjalan. Inilah teori paling sederhana untuk merintis suatu langkah yang dalam bahasan ini terfokus pada Kelas CI+BI Terpadu.
Jika membaca jejak rekam yang ditorehkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Sumber Baru Al-Falah KH. Qomaruddin Burhan, beliau mulai merintis pendidikan dari zero.Itu terjadi sekitar pada tahun 1983 silam. Andai kata kita juga melihat situasi saat itu, maka mungkin yang ada dalam pikiran kita adalah Al-Falah tidak mungkin seperti apa yang kita lihat sekarang. Namun seringkali kita menjumpai begitu banyak keajaiban yang terjadi di dunia ini. Salah satunya (menurut cacatan penulis) adalah Al-Falah yang menjelma menjadi lembaga terbesar di kawasan pantura Pamekasan Madura. Mungkin tidak terlalu berlebihan apabila kita mengungkapkan istilah untuk Pengasuh bahwa beliau mampu membawa Al-Falah from zero to hero.
Hal yang dapat kita kaji dari jejak rekam yang penulis rilis diatas adalah jika pada tahun 1983 dengan tanpa modal berarti beliau mampu merintis pendidikan yang dampaknya bisa kita lihat sekarang ini, lantas apakah dengan Al-Falah sekarang yang begitu megah dan dengan modal yang jauh lebih besar dari pada waktu itu belum mampu mengusung ide baru untuk menuju perubahan jauh lebih fenomenal ke depan?! Suatu pertanyaan besar untuk kita semua sebagai pelaku pendidikan di Al-Falah ini. Semangat perjuangan beliau seharusnya menular kepada kita untuk sama-sama mengusung perubahan agar pendidikan ini menjadi lebih maju, out-put yang dihasilkan semakin diterima oleh masyarak luas, serta mereka mempunyai kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual yang kuat.
Dengan modal bangunan fisik yang “megah”, alumni lulusan sarjana yang banyak, ruang laboratorium bahasa, IPA dan komputer, serta hal lain yang menjadi penopang modal awal sudah lebih dari cukup untuk merintis Kelas CI+BI Terpadu. Tinggal bagaimana kita membangun motivasi diri agar bisa beraksi mencapai visi. Sebenarnya bukan hal yang begitu sulit untuk meraih visi itu, karena sudah begitu banyak orang yang telah membuktikan bahwa mereka mampu untuk melakukannya. Selanjutnya saat ini tinggal giliran kita untuk memperolah hasil yang jauh lebih besar dari apa yang mereka dapatkan.
Sedikit analogi filosofi yang dapat penulis gambarkan; bukankah perahu diciptakan untuk menyeberangi lautan, menerjang badai dan melawan arus agar bisa sampai di seberang sana. Sama halnya dengan lembaga pendidikan Al-Falah. Ia diciptakan tentunya untuk terus melaju kencang, berani mengambil resiko dan tantangan agar ia mampu mencapai segala hal yang dicita-citakan. Itulah sebetulnya peran lembaga pendidikan. Apabila cara kerja yang dilakukan bersifat stagnan, maka lembaga tersebut tidak berperan sebagaimana mestinya, dan pastilah tidak akan pernah sampai kepada apa yang dituju.
Apabila di tengah lautan ada badai, angin kencang, arus menerjang, maka itulah resiko yang perlu dihadapi. Cara menghadapinya adalah dengan persiapan yang telah dirancang sebelumnya, disamping cara taktis kondisional. Mampu atau tidaknya menghadapai tantangan tersebut, tergantung rancangan yang dibuat, demikian juga dalam persoalan pendidikan. Ketika suatu lembaga pendidikan mencoba untuk melaju kencang, maka pastilah akan ada hambatan dan tantangan, namun tantangan itu tidak perlu ditakuti tetapi perlu dicarikan solusi. Dan sekali lagi untuk menghadapi tantangan ini adalah tugas kita bersama.
Barangkali apa yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW. tentang sejatinya yang disebut beruntung adalah apabila hari ini lebih baik dari pada hari kemaren, dan hari besok lebih dari pada hari ini, juga bisa direlevansikan dengan konteks pendidikan kita. Harapan kita semua adalah mudah-mudahan kita bisa mengupayakan agar lembaga pendidikan Al-Falah secara umum bisa lebih baik. Apa yang kita upayakan tentunya bukan hanya berputar di otak dan sekedar wacana semata, namun butuh langkah nyata untuk merealisasikan semua itu. Semoga Allah merestui dan meridhai langkah kita. Amin.